SOLID GOLD BERJANGKA BALI - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai bahwa Indonesia harus bersiap mengantisipasi ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran. Ketegangan antara AS dan Iran ini dapat menambah beban laju pertumbuhan ekonomi nasional.
"Tentu ketidakpastian global itu mempengaruhi ekonomi kita. Investor yang tadinya ingin melakukan ekspansi bisnis ke dalam negeri menjadi wait and see. Indonesia harus bersiap menerima ketidakpastian baru," ujar Peneliti Indef Rusli Abdullah ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (7/1).
Menurut dia, konflik AS-Iran dapat menjadi perang terbuka di kawasan Timur Tengah yang akhirnya mendorong harga komoditas, terutama minyak dunia melonjak. Harga minyak yang melonjak, lanjut dia, dapat menjadi tantangan di tengah usaha pemerintah untuk memperkecil defisit pada neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Tercatat, harga minyak mentah berjangka jenis Brent di angka 68,44 dolar AS per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate sebesar 62,89 dolar AS per barel.
Sementara itu dalam APBN 2020, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diasumsikan sebesar 63 dolar AS per barel. "Harga minyak saat ini relatif masih kondusif, namun jika konflik berlarut-larut diperkirakan dapat mencapai 70-80 dolar AS per barel dikhawatirkan dapat membebani APBN," kata Rusli.
Ia mengatakan efek domino dari meningkatnya harga minyak yakni kenaikan inflasi 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. "Setelah kenaikan minyak, imbasnya akan mempengaruhi harga BBM di dalam negeri yang akhirnya berdampak pada biaya logistik dan transportasi, kemudian berdampak juga pada harga bahan pokok. Pada akhirnya, dapat mendorong inflasi," paparnya.
Dalam rangka menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, Rusli menyarankan agar bauran kebijakan pemerintah untuk dikaji kembali. Pemerintah harus fokus tetap menjaga daya beli masyarakat untuk tetap baik.
"Kemudian lebih mempermudah investasi masuk, bagaimanapun pasar Indonesia besar," katanya.
Secara terpisah, Pendiri LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo menambahkan pemerintah disarankan untuk melakukan restrukturisasi utang, karena mayoritas utang Indonesia dalam bentuk dolar AS. "Jika harga minyak naik maka potensi dolar AS menguat juga terbuka karena sifat transaksi minyak yang menggunakan dolar AS," katanya. SOLID GOLD BERJANGKA.
Baca Juga :
Solid Gold Berjangka | Kinerja Solid Gold Berjangka
Solid Gold Berjangka | PT Solid Gold Berjangka Bantah Lakukan Bisnis Tak Wajar
Solid Gold Berjangka | PT Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
Solid Gold Berjangka | Solid Gold Berjangka Serius Bidik Milenial
Solid Gold Berjangka | Kuartal 3 Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
Solid Gold Berjangka | Luar Biasa Solid Gold Berjangka
Solid Gold Berjangka | Transaksi Bursa Berjangka Melejit Solid Gold Catat Pertumbuhan
Solid Gold Berjangka | Nasabah Baru PT Solid Gold Berjangka Makassar Tumbuh
Solid Gold Berjangka | Kinerja Solid Gold Berjangka Catat Pertumbuhan
Solid Gold Berjangka | Kinerja Kuartal Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
Solid Gold Berjangka | Nasabah PT Solid Gold Berjangka Tumbuh Signifikan
Solid Gold Berjangka | Perusahaan Berjangka Solid Gold Bidik Nasabah Milenial
Solid Gold Berjangka | Kinerja Kuartal 3 Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
Solid Gold Berjangka | Kinerja PT Solid Gold Berjangka Tumbuh Dua Ribu Persen Lebih
Solid Gold Berjangka | Kuartal 3 Harga Emas Stabil Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
Solid Gold Berjangka | Solid Gold Berjangka Ingin Hilangkan Persepsi Negatif
Solid Gold Berjangka | Kinerja Solid Gold Berjangka Cetak Rapor Biru
Solid Gold Berjangka | PT Solid Gold Berjangka Bukukan Pertumbuhan Volume Transaksi
Solid Gold Berjangka | Perang Dagang Buat Emas Berkilau
Solid Gold Berjangka | Harga Emas Anjlok
Solid Gold Berjangka | Perdagangan Emas Paling Banyak Diminati Hari Ini
Solid Gold Berjangka | Komoditas Kopi dan Emas Cukup Signifikan
Solid Gold Berjangka | Olein Akan Meningkat di 2020
SUMBER : REPUBLIKA.CO.ID
Comments